PERSONAL HYGIENE
A. KONSEP
DASAR PERSONAL HYGIENE
Personal
Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Ukuran kebersihan atau penampilan
seseorang dalam pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene berbeda pada setiap orang
sakit karena terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan. Begitu pula pada penderita
pasca stroke yang mengalami hemiplegia ataupun hemiparesis. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada
penderita pasca stroke. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan metode
pendekatan fenomenologis. Sampel penelitian sebanyak 4 orang diperoleh dengan
teknik purposive sample. Hasil penelitian dari 4 informan menunjukkan bahwa
pengetahuan informan mengenai personal hygiene sudah baik terbukti informan
dapat menyebutkan pengertian dan tujuan dari personal hygiene. Selain itu
sebagian besar pemenuhan kebutuhan personal hygiene dapat dilakukan secara
mandiri kecuali untuk perawatan kuku kaki dan tangan yang masih bergantung pada
orang lain. Modifikasi juga dilakukan oleh informan untuk mempermudah dalam
memenuhi kebutuhan personal hygiene. Dukungan serta bantuan keluarga masih
sangat diperlukan oleh penderita pasca stroke dalam pemenuhan kebutuhan
personal hygiene walaupun sebagian besar dari mereka sudah dapat melakukan
sendiri secara mandiri. Perawat dapat memberikan informasi-informasi tentang
personal hygiene yang lebih baik terkait dengan waktu atau frekuensi aktifitas,
dan cara yang benar dalam melakukan perawatan diri.
B. MACAM-MACAM PERSONAL HYGIENE DAN
MANFAATNYA
Pemeliharaan personal hygiene berarti
tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakanmemiliki personal hygiene baik
apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi
kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan
kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya.Menurut Potter dan
Perry (2005) macam-macam personal hygiene dan tujuannya adalah:
1. Perawatan kulit
kulit
merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman atau
trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi, sehingga
diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Kulit memiliki
3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan subkutan. Ketika pasien tidak
mampu atau melakukan perawatan kulit pribadi maka perawat memberikan bantuan
atau mengajarkan keluarga bagaimana melaksanakan personal higiene.
Seorang pasien yang tidak mampu bergerak bebas karena penyakit akan beresiko
terjadinya kerusakan kulit. Bagian badan yang tergantung dan terpapar tekanan
dari dasar permukaan tubuh (misalnya matrasi gips tubuh atau lapisan linen yang
berkerut), akan mengurangi sirkulasi pada bagian tubuh yang terkena sehingga
dapat menyebabkan dekubitus. Pelembab pada permukaan kulit merupakan media
pertumbuhan bakteri dan menyebabkan iritasi lokal, menghaluskan sel epidermis,
dan dapat menyebabkan maserasi kulit. Keringat, urine, material fekal berair, dan
drainase luka dapat mengakumulasikan pada permukaan kulit dan akan menyebabkan
kerusakan kulit dan
infeksi. Pasien yang menggunakan
beberapa jenis alat eksternal pada kulit seperti gips, baju pengikat, pembalut,
balutan, dan jaket ortopedik dapat menimbulkan tekanan atau friksi terhadap
permukaan kulit sehinggga menyebabkan kerusakan kulit. Tujuan perawatan kulit
adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, pasien dapat
mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta dapat
berpartisifasi dan memahami metode perawatan kulit.
2. Mandi
memandikan
pasien merupakan perawatan higienis total. Mandi dapat dikategorikan
sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi ditempat tidur yang lengkap
diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan total dan memerlukan personal
higiene total. Keluasan mandi pasien dan metode yang digunakan untuk mandi
berdasarkan pada kemampuan fisik pasien dan kebutuhan tingkat hygiene yang
dibutuhkan. Pasien yang bergantung dalam pemenuhan kebutuhan personal
higiene, terbaring ditempat tidur dan tidak mampu mencapai semua anggota
badan dapat memperoleh mandi sebagian di tempat tidur. Tujuan memandikan pasien
di tempat tidur adalah untuk menjaga kebersihan tubuh, mengurangi infeksi
akibat kulit kotor, memperlancar sistem peredaran darah, dan menambah
kenyamanan pasien. Mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta
sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke
kulit, dan membuat pasien merasa lebih rileks dan segar. Pasien dapat
dimandikan setiap hari di rumah sakit. Namun, bila kulit pasien kering, mandi
mungkin dibatasi sekali atau dua kali seminggu sehingga tidak akan menambah
kulit menjadi kering. Perawat atau anggota keluarga mungkin perlu membantu
pasien berjalan ke kamar mandi atau kembali dari kamar mandi. Perawat atau
anggota keluarga harus ada untuk membantu pasien mengguyur atau mengeringkan
bila perlu atau mengganti pakaian bersih setelah mandi. Kadang pasien dapat mandi
sendiri di tempat tidur atau mereka memerlukan bantuan dari perawat atau
anggota keluarga untuk memandikan bagian punggung atau kakinya. Kadang pasien
tidak dapat mandi sendiri dan perawat atau anggota keluarga memandikan pasien
di tempat tidur.
3. Hygiene mulut
pasien immobilisasi terlalu lemah
untuk melakukan perawatan mulut, sebagai akibatnya mulut menjadi terlalu kering
atau teriritasi dan menimbulkan bau tidak enak. Masalah ini dapat meningkat
akibat penyakit atau medikasi yang digunakan pasien. Perawatan mulut harus
dilakukan setiap hari dan bergantung terhadap keadaan mulut pasien. Gigi dan
mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab
melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu
mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok
membersihkan gigi dari partikel – partikel makanan, plak, bakteri, memasase
gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang
tidak nyaman. Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan
mulut yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan. Hygiene
mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu
makan. Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki
mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran penyakit
yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis), mencegah penyakit
mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman, memahami
praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut
dengan benar.
4. Perawatan mata, hidung, dan telinga
perhatian
khusus diberikan untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga selama pasien
mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata
karena secara terus – menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu
mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya, telinga tidak
terlalu memerlukan pembersihan. Namun, pasien dengan serumen yang terlalu banyak
telinganya perlu dibersihlkan baik mandiri pasien atau dilakukan oeh perawat
dan keluarga. Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman
pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan
mengganggu konduksi suara. Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau
temperature dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel
asing ke dalam sistem pernapasan. Pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi
memerlukan bantuan perawat atau anggota keluarga untuk melakukan perawatan
mata, hidung, dan telinga. Tujuan perawatan mata, hidung, dan telinga adalah
pasien akan memiliki organ sensorik yang berfungsi normal, mata, hidung, dan
telinga pasien akan bebas dari infeksi, dan pasien akan mampu melakukan perawatan
mata, hidung, dan telinga sehari – hari.
5. Perawatan rambut
penampilan dan kesejahteraan
seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai
rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah seseorang untuk memelihara
perawatan rambut seharisehari. Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara
dasar higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi
indikator status kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional maupun
fisik, penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat
mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari tubuh yang
memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan
status kesehatan diri dapat diidentifikasi. Penyakit atau ketidakmampuan
menjadikan pasien tidak dapat memelihara perawatan rambut sehari – hari. Pasien
immobilisasi rambutnya cenderung terlihat kusut. Menyikat, menyisir, dan
bersampo merupakan dasar higyene rambut untuk semua pasien. Pasien juga
harus diizinkan bercukur bila kondisi mengizinkan. Pasien yang mampu melakukan
perawatan diri harus dimotivasi untuk memelihara perawatan rambut sehari –
hari. Sedangkan pada pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan
bantuan perawat atau keluarga pasien dalam melakukan higyene rambut.
Tujuan perawatan rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit kepala
yang bersih dan sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan
pasien dapat berpartisifasi dalam melakukan praktik perawatan rambut.
6. Perawatan kaki dan kuku
kaki dan
kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan
cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan
kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting
dalam mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat masuk
kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan
sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang
terpisah. Tujuan perawatan kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh
dan permukaan kulit yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan
memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.
7. Perawatan genitalia
perawatan
genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien yang paling butuh
perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang beresiko terbesar memperoleh
infeksi. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri dapat diizinkan untuk
melakukannya sendiri. Perawat mungkin menjadi malu untuk memberikan perawatan
genitalia, terutama pada pasien yang berlainan jenis kelamin. Dapat membantu
jika memiliki perawat yang sama jenis kelamin dengan pasien dalam ruangan pada
saat memberikan perawatan genitalia. Tujuan perawatan genitalia adalah untuk
mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan
kenyamanan serta mempertahankan personal higiene.
Jenis personal hygiene berdasarkan waktu
pelaksanaannya
Menurut Alimul (2006) personal hygiene berdasarkan
waktu pelaksanaannya dibagi menjadi empat yaitu:
1. Perawatan dini hari
merupakan personal
hygiene yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan
untuk tes yang terjadwal seperti dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine
atau feses), memberikan pertolongan seperti menawarkan bedpan atau urinal jika
pasien tidak mampu ambulasi , mempersiapkan pasien dalam melakukan sarapan atau
makan pagi dengan melakukan tindakan personal hygiene, seperti mencuci
muka, tangan, menjaga kebersihan mulut, .
2. Perawatan pagi hari
merupakan personal
hygiene yang dilakukan setelah melakukan sarapan atau makan pagi seperti
melakukan pertolongan dalampemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB / BAK), mandi
atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada
punggung, membersihkan mulut, kuku, rambut, serta merapikan tempat tidur
pasien. Hal ini sering disebut sebagai perawatan pagi yang lengkap.
3. Perawatan siang hari
merupakan personal
hygiene yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan atau
pemeriksaan dan setelah makan siang dimana pasien yang dirawat di rumah sakit
seringkali menjalani banyak tes diagnostik yang melelahkan atau prosedur di
pagi hari. Berbagai tindakan personal hygiene yang dapat dilakukan,
antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat
tidur, dan melakukan pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien.
4. Perawatan menjelang tidur
merupakan personal
hygiene yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien relaks
sehingga dapat tidur atau istirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat
dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB / BAK), mencuci
tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah punggung.
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERSIHAN DIRI
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal
hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
1.
Citra tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene
pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh
mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Jika seorang klien rapi sekali maka
perawat mempertimbaagkan rincian kerapian ketika merencanakan keperawatan dan
berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan
peraatan hygienis. Karena citra tubuh klien dapat berubah akibat pembedahan
atau penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra untuk
meningkatkan hygiene.
2.
Praktik social.
Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan
dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak
mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah
orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan
beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
3.
Status sosio-ekonomi
sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan yang digunakan. Perawat hrus menentukan apakah klien dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan
kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini
merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok social
klien.
4.
Pengetahuan
Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu
sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara
perawatan-diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi
mendorong klien untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang
diharapkan dan menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi
seeorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.
5.
Variable kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi
perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi
kesehatan. Di Negara-negara eropa, bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi
secara penuh hanya sekali dalam seminggu.
6.
Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang
kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih
produk yang berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut
pilihan pribadi.
7.
kondisi fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap
lanjut) atau menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau
ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi.
D. KELAINAN / PATOFISIOLOLOGI GIGI DAN
MULUT
Mulut
merupakan suatu tempat yang amat ideal bagi perkembangan bakteri. Bila tidak
dibersihkan dengan sempurna, sisa makanan yang terselip bersama bakteri akan
tetap melekat pada gigi kita dan akan bertambah banyak dan membentuk koloni
yang disebut plak, yaitu lapisan film tipis, lengket dan tidak berwarna. Plak
merupakan tempat pertumbuhan ideal bagi bakteri yang dapat memproduksi asam.
Jika tidak disingkirkan dengan melakukan penyikatan gigi, asam tersebut
akhirnya akan menghancurkan email gigi dan akhirnya menyebabkan gigi berlubang
Selain itu plak ini juga berpengaruh
terhadap kesehatan jaringan pendukung gigi seperti gusi dan tulang
pendukungnya. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang menempel pada plak di atas
permukaan gigi dan di atas garis gusi. Kuman-kuman pada plak menghasilkan racun
yang merangsang gusi sehingga terjadi radang gusi, dan gusi menjadi mudah
berdarah.
Bila dibiarkan, keadaan ini dapat
menjadi lebih buruk dengan bergeraknya gusi dari perlekatannya dengan gigi,
sehingga mempengaruhi tulang pendukung dan ligamen (jaringan pengikat)
sekitarnya dan menyebabkan tanggalnya gigi.
Gigi
yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya, dan didukung oleh gusi
yang kencang dan berwarna merah muda. Pada kondisi normal, dari gigi dan mulut
yang sehat ini tidak tercium bau tak sedap.Kondisi ini hanya dapat dicapai
dengan perawatan yang tepat. Namun, oleh karena berbagai faktor (misalnya biaya
dokter gigi yang relatif lebih mahal daripada dokter umum) kesehatan gigi
seringkali tidak menjadi prioritas. Kita hanya pergi ke dokter gigi kalau
keadaan gigi sudah parah dan rasa sakit tidak tertahankan lagi
Padahal,
gigi yang sudah dalam keadaan terinfeksi berat dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum. Selain itu, gigi yang tidak terawat juga menyebabkan nafas tidak
segar yang ujung-ujungnya bisa menghambat pergaulan. Karena itulah, sebagai
remaja (apalagi yang sedang melakukan pendekatan pada pujaan hati) kita harus
tahu seluk beluk perawatan mulut dan gigi.
Beberapa
gangguan yang terjadi pada gigi dan mulut :
Bau
mulut
Selain
rasa sakit, akibat paling nyata dari buruknya kondisi mulut dan gigi adalah bau
mulut. Bau mulut sendiri dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal biasanya disebabkan oleh penyakit sistemik yang merupakan
tanda-tanda adanya masalah kesehatan lain, seperti diabetes melitus, kelainan
pada saluran pencernaan atau pernafasan, penyakit-penyakit pada kerongkongan
Sedangkan faktor eksternal
disebabkan oleh jenis makanan yang dimakan seperti pengaruh minuman kopi,
alkohol, makanan berbumbu bawang putih atau bawang merah, faktor pembersihan
gigi yang tidak optimal, dan kebiasaan merokok.
Mulut yang kering karena kurang
minum air juga merupakan kontributor penyebab masalah bau mulut. Karena itulah,
ketika bangun tidur di pagi hari bau mulut kita juga kurang sedap, yang segera
hilang setelah kita sikat gigi dan minum air.
Akibat lain dari gigi tidak terawat
Walaupun
amat jarang terjadi, penyakit gigi terkadang dapat juga menyebabkan kematian.
Gigi berlubang yang didiamkan dan tidak dirawat akan menjadi sumber infeksi dan
dapat mempengaruhi kondisi organ lainnya
Bakteri dari gigi berlubang dapat
terus menembus jaringan lebih dalam yang disebut pulpa gigi yang terdiri dari
jaringan syaraf, pembuluh darah dan limfe. Bakteri kemudian menghancurkan seluruh
pulpa, terkadang sampai tidak ada lagi jaringan pulpa yang masih hidup.
Keadaan ini memungkinkan terjadinya
pembengkakan pada ujung akar berbentuk kantung yang disebut granuloma.
Granuloma mengandung jaringan lunak, bakteri, nanah dan lain sebagainya, yang
dapat tertekan dalam aliran darah sehingga terbawa ke bagian lain dari tubuh.
Selain aliran darah, penyebaran bakteri atau nanah ini dapat juga melalui
saluran limfe, hubungan langsung dengan saluran pernafasan dan saluran
pencernaan.
Penyebaran bakteri ke daerah lain
juga dapat menimbulkan penyakit seperti misalnya pada mata, hidung, jantung,
persendian, sakit, penyakit pada saluran pencernaan. Keadaan ini disebut
sebagai infeksi fokal.
Masalah
Mulut Lain
Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut
karena kontak dengan pengiritasi, seperti tembakau; defisiensi vitamin; infeksi
oleh bakyeri, virus, atau jamur; atau penggunaan obat kemoterapi. Glositis adalah
peradangan lidah hasil karena penyakit infeksi atau cidera, seperti luka bakar
atau gigitan. Gengikitis adalah peradangan gusi, biasanya karena higiene
mulut yang buruk atau terjadi tanda leukimia, defisiensi vitamin, atau diabetes
melitus. Perawatan mulut khusus merupakan keharusan apabila klien memiliki
masalah oral ini. Perubahan mukosa mulut yang berhubungan dengan mudah mengarah
kepada malnutrisi, yang merupakan perhatian utama bagi klien yang memiliki
kanker (Griefzu, Radjeski, Winnick, 1990).
E.
NURSING PROSES
A.
Pengkajian
Pengkajian
perawat tentang bibir,gigi,mukosa buccal,gusi,langit-langit,dan lidah klien.
Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang
warna,hidrasi,tekstur,dan lukannya. Klien yang tidak mengikuti praktik hygiene
mulut yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi,gusiyang
meradang,gigi yang hitam (khususnya sepanjang margin gusi),karies gigi,
kehilangan gigi, dan halitosis. Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala umum
dari penyakit gusi atau gangguan gigi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan
organisme seperti treponeme pallidum, neisseria gonorrhoeae, dan hominis virus
herpes. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika klien hendak memperoleh
radiasi atau kemoterapi,sangat penting mungumpulkan data dasr mengenai keadaan
rongga mult klien. Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk perwatan preventif
bagi klien saat mereka melewati pengobatan ( Greifzu Radjeski, Winnick, 1990).
Pengkajian
rongga mulut klien dapat menunjukkan perubahan aktual atau potensial dalam
integritas struktur mulut. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dapat
merefleksikan masalah atau komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan
perawat juga menunjukkan kebutuhan klien untuk bantuan perawatan mulut karena
defisit perawatan-diri. Identifikai diagnosa yang akurat memerlukan seleksi
faktor yang berhubungan yang menyebabkan masalah klien. Perubahan pada mukosa
mulut akibat pemaparan radiasi, misalnya, akan memerlukan intervensi berbeda
dari pada kerusakan mukosa akibat penempatan selang andotrakea.
B.Perencanaan
Menyusun
rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan higiene mulut termasuk
mempertimbangkan pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan kemampuan
fisik klien. Perawatan harus membina hubungan yang baik dengan klien untuk
membantu praktik higiene mulut. Beberapa klien sanat sensitif tentang kondisi
mulut mereka dan enggan membiarkan orang lain merawat. Dalam banyak kasus,
klien (seperti yang terkena diabetes dan kanker ) juga tidak sadar bahwamereka
berisiko penyakit gigi dan periodontal dan karenanya memerlukan pendidikan
ekstensif. Klien yang mengalami perubahan mukosa akan memerlukan perawatan
jangka panjang. Hasil tidak dapat terlihat untuk beberapa hari atau minggu.
Keluarga dapat memainkan peranan penting dalam pembelajaran bagaimana untuk
memeriksa rongga mulut klien terhadap perubahan dan memberikan higiene mulut
meliputi sebagai berikut :
- Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik.
- Klien mampu melakukan sendiri perawatan higiene- mulut dengan benar.
- Klien akan mencapai rasa nyaman .
- klien akan memahami praktik higiene-mulut.
C. Implementasi
Higiene mulut yang baik termasuk kabersihan, kenyaman, dan
kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan
kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang
seringkali tidak menerima perawatan agresif yang mereka butuhkan. Perwatan
mulut harus diberikan teratur dan setiap hari. Frekuensi tindakan higiene
bergantung pada rongga mulut klien.
D. Evaluasi
• Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien
• Hasil yang diharapkan dari hygiene mulut tidak dapat
dilihat dalam beberapa hari
• Pembersihan yang berulang-ulang harus sering kali
dilakukan.
• Perawat mengantisipasi kebutuhan
untuk mengubah intervensi selama evaluasi