Selasa, 14 Mei 2013

Misteri UWENTIRA atau WENTIRA

KOTA GAIB UWENTIRA atau WENTIRA
 "NGAPA UWENTIRA"

          Kata Uwentira atau Wentira, mungkin dianggap biasa saja bagi masyarakat yang berada diluar Sulawesi khususnya Sulawesi Tengah (Palu). Namun berbeda bagi masyaratan yang ada di Palu (Sulawesi Tengah). Ketika mereka mendengar kata tersebut, mereka langsung merujuk pada cerita, kisah maupun mitos soal keberadaan k
omunitas “Jin/Kota” yang tak kasat mata ini. Hanya sedikit orang yang bisa melihatnya bahkan bisa berkomunikasi dengan warga Uwentira yang sering muncul, bahkan di pasar-pasar di Palu dan sekitarnya.
          Wentira merupakan lokasi yang berada di Kebun Kopi (lintas Trans-Sulawesi). Wentira sendiri menurut beberapa kesaksian orang-orang yang mengaku pernah ke sana mengatakan kalau Wentira merupakan suatu kota yang sangat teramat indah dengan ciri khas warna kuning.Namun yang sebenarnya sesuai dengan yang saya lihat langsung, Wentira sebenarnya hanya daerah berhutan lebat, jauh dari mana-mana, di antara Palu-Parigi, di lintas jalan yang disebut orang sebagai Trans-Sulawesi. Pohon-pohon raksasa tumbuh di pinggir jalan, dengan bentuk batang besar, putih, cenderung lurus, menjulang sangat tinggi seakan ingin menggapai langit. Batang pohon itu begitu lurus, dan baru di bagian sangat atas di ketinggian, tumbuh dahan dan cabangnya dengan daun-daun yang menjadi sangat kecil-kecil kalau dilihat dari bawah. Konon, tak ada seorang pun berani menebang pohon seperti itu.Sebenarnya banyak sekali kesaksian-kesaksian dari orang-orant yang mengaku pernah jalan-jalan ke Wentira.
          Kawasan Wentira ini oleh kalangan paranormal di Indonesia, memang dikenal sebagai salah satu wilayah paling angker di seluruh pelosok nusantara Demi menjawab rasa penasaran banyak pengunjung, saya ingin membagikan cerita yang saya dengar dari masyarakat yang ada di kota Palu, karena saya sendiri orang palu.
          Namun sebelum ke cerita tersebut, baru-baru ini saya mendengar kisah yang sangat menggemparkan masyarakat Palu, yang katanya ada seseorang yang memesan sebuah mobil BMW i series warna kuning dengan memberikan alamat “WENTIRA”.Dan hebohnya, yang memesan itu adalah “seorang pria tua” tanpa adakeanehan sama sekali menurut sales promotion perusahaan tersebut.lalu setelah di mobil tersebut di antar, ternyata tempat yang mereka datangi hanyalah hutan lebat.Banyak juga warga di sekitar Wentira mengatakan, apabila ada kendaraan lewat daerah tersebut harus membunyikan klakson 3X agar perjalanan mereka lancar sampai tujuan.

Nah inilah cerita yang sangat terkenal dan telah beredar luas di masyarakat kota Palu tersebut : 

  1. Cerita Sulwan Dase To Wentira (ditulis Uwentira), demikian masyarakat Palu menyebut komunitas ini. Terletak disebuah kawasan yang bernama Wentira. Orang Toraja kuno menyebutnya To Wae Ntira. Menurut beberapa kawan menceritakan pengalaman mereka saat bertemu dgn orang-orang To Wentira. Katanya, kita seolah-olah terombang-ambing diantara dunia nyata dan dunia maya, rasionalitas, dan supranatural. Bingung bercampur takjub. Antara percaya dan tidak percaya. Menurut mereka yang pernah ke “Kota Wentira”, kota itu sangat modern, dgn peradabana yang sangat luar biasa. Semua jenis kendaraan ada disana (termasuk MRT). Masyarakatnya makmur dan serba berada.
    Yang menjadi persoalan adalah, pintu masuk ke kota tsb. Hampir tak satu orang pun bisa menjelaskn secara pasti lokasi jalan masuk. beberapa menjelaskna bhw pintu masuk dgn kendaraan roda dua dan mobil adalah melalui sebuah jembatan beratap. Jembatan ini sebenarnya menjembatani sebuah sungai yg membentang. Secara logika, bila kita masuk ke ujung satu pastilah bisa tiba di ujung satunya. Namun keanehan terjadi. Kadang2 ketika sebuah mobil memasuki ujung jembatan, mobil itu tdk pernah lagi keluar di ujung satunya. Beberapa hari kemudian, barlah pengendara mobil itu bercerita bhw mereka baru saja pulang dari Kota Wentira, di mana segala sesuatunya ada disana. Wow…persoalannya, di bagian mana dari jembatan itu yg menjadi pintu masuknya? Sebab mobil tsb ketika memasuki jembatan, menghilang begitu saja dari pandangan mata….Sewaktu saya bertanya kepada beberap kawan yg pernah kesana, mengatakan, tempat itu sangat luar biasa. Namun tdk ada lagi yg berani kesana.
  2. Cerita LES Kala’tiku Saya ingat suatu kejadian aneh yang saya dengar dari bapak saya sendiri. Waktu itu Bapak mempunyai proyek di daerah lokasi wentira. niatnya sih jalan2 di jembatan itu tapi pas memasuki mulut jembatan menurut teman proyeknya mobil truk yang pakai teman saya dan supirnya tiba2 hilang seakan2 di telan oleh jembatan itu.
    Terus terang ini tidak masuk di akal tapi kenyataan terjadi. tapi sayang teman kantor sya ini tidak mau menceritakannya pak jadi jujur saya juga jadi penasaran dengan cerita teman saya yang katanya kota itu luar biasa modern. yah antara kenyataan dan fiksi….jadi bingung.
  3. Kesaksian PS Patandung To wentira menurut orang Kaili (Suku asli di Sulteng) ada di sekitar kebun kopi ( Jl poros tawaeli – Toboli ) di jalan poros tersebut ada satu jembatan yang masih ada sampai sekarang. Konon katanya, masih buatan Belanda. Di sampingnya ada satu jembatan jembatan beton yang digunakan konon tahun 1980-an setiap kendaraan yg lewat wajib memberi kode lampu atau setidaknya klakson sebagai tanda permisi mau lewat.

          Saya sudah sering melewati kawasan Kebun Kopi yang disebut-sebut masyarakat sini. Kawasan ini dikenal cukup berat, menanjak dengan kemiringan tajam. Belum lagi sering terjadi longsong. Jembatan itu masih ada, dan bahkan sekarang ada sebuah tugu berwarna kuning bertuliskan NGAPA UWENTIRA. Ngapa dalam bahasa Kaili berarti Kampung,Negeri atau Kota. Uwentira berarti tidak kasat mata. Jadi NGAPA UWENTIRA berarti Kota UWENTIRA. Bagaimana ciri-ciri fisik warga Uwentira, apakah bedanya dengan manusia seperti kita? Nantikan kisah berikutnya.
           Kisah Wentira : Kisah berikut agaknya sejalan dengan cerita yang saya dapatkan dari beberapa sumber di Palu maupun di luar Palu. Warga Wentira tidak punya garis pemisah diatas tengah bibir, seperti layaknya manusia normal. Menurut keyakinan masyarakat setempat, yang disebut kawasan Wentira atau Uwentira adalah wilayah yang sekarang dikenal sebagai kawasan kebun kopi, di jalan Trans Sulawesi poros Sulawesi Selatan – Sulawesi Tengah. Di sekitar sana tidak ada pemukiman penduduk hanya pohon-pohon yang menjulang tinggi berwarna keputih-putihan ditandai dengan sebuah jembatan yang konon hanya orang yang mampu melihat hal-hal gaib-lah yang bisa melihat kalau ternyata jembatan itu juga merupakan pintu gerbang untuk masuk ke Kerajaan mistis Wentira.
           Seseorang, dengan identitas seleb_celebes memposting cerita ini di sebuah forum. Berikut kisahnya. Untuk masuk ke Wentira, tidak boleh sembarangan, hanya yang dikehendaki dan diizinkan oleh penghuni Wentira yang boleh masuk. Nah, paman teman saya ini termasuk orang yang diizinkan, karena dia melakukan ritual-ritual ditemani oleh orang2 pintar di sekitar daerah itu. Sementara kalau orang yang dikehendaki biasanya orang yang katanya kalau lewat tidak permisi (kulo nowon) dulu, lewat dengan sombongnya, dan biasanya yang seperti ini tidak pernah lagi kembali keluar. Pernah ada kejadian mobil melintas di tengah jembatan tetapi sebelum sampai diujung jembatan sudah keburu menghilang, kata penduduk skitar masuk kedalam Wentira.
            Menurut cerita paman teman saya itu alam di dalam Wentira didominasi warna kuning keemasan dimana penghuninya hidup sangat sejahtera dan tidak ada yang miskin, kehidupan disana laiknya kehidupan normal, semua ada baik gedung, kendaraan dll tapi semuanya serba mewah. Menurut cerita orang-orang di sekitar pegunungan Sulawesi Tengah yang katanya juga masuk kedalam area Wentira, kadang-kadang ada penghuni Wentira yang keluar untuk berbelanja di pasar-pasar tradisional, ciri-cirinya yang utama adalah tidak ada garis pemisah diatas tengah bibir seperti layaknya manusia normal, kalau mereka muncul tetap dilayani tetapi tidak ada yang berani mengganggu.

Senin, 13 Mei 2013

MAKALAH SEJARAH KEPERAWATAN DI DUNIA DAN DI INDONESIA PERAN,FUNGSI DAN TUGAS PERAWAT

SEJARAH KEPERAWATAN DI DUNIA DAN DI INDONESIA PERAN,FUNGSI DAN TUGAS PERAWAT

 BAB I 
PENDAHULUAN 

A. LATAR BELAKANG
          Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko – sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh daur kehidupan manusia. Keperawatan merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan keterampilan interpersonal serta menggunakan proses keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.

B. RUANG LINGKUP 
  •  Sejarah 
  •  Paradigma 
  •  Peran 
  •  Fungsi 
  •  Tugas 
C. TUJUAN 
  •  Mengetahui peran dalam keperawatan 
  •  Mengetahui sejarah dalam keperawatan 
  •  Mengetahui paradigma dalam keperawatan 
  •  Mengetahui fungsidalam proses keperawatan 
  •  Mengetahui tugas dalam melakukan asuhan keperawatan 

BAB II 
PEMBAHASAN

A. Sejarah Keperawatan di Dunia dan di Indonesia
        Perkembangan keperawatan di dunia dapat diawali pertama, sejak zaman manusia itu diciptakan (manusia itu ada) di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri untuk merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang ibu. Naluri yang sederhana adalah memelihara kesehatan dalam hal ini adalah menyusui anaknya sehingga harapan pada awal perkembangan keperawatan, perawat harus memiliki naluri keibuan (mother instinct) kemudian bergeser ke zaman purba di mana pada zaman ini orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistis yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, kepercayaan ini dikenal dengan nama animisme, dimana orang yang sakit dapat disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib sehingga timbul keyakinan bahwa jika yang jahat akan dapat menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan kesehatan atau kasejahteraan. Pada saat itu peran perawat sebagai ibu yang merawat keluarganya yang sakit dengan memberikan perawatan fisik serta mengobati penyakit dengan menghilangkan pengaruh jahat. Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa di mana pada masa itu penyakit dianggap disebabkan karena kemarahan dewa sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut dengan bantuan priest physician. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya diakones dan philantrop yang merupakan suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit serta kelompok kasih sayang yang anggotanya menjauhkan diri dari keramaian dunia dan hidupnya ditujukan pada perawat orang yang sakit sehingga akhirnya berkembanglah rumah-rumah perawatan akhirnya mulailah awal perkembangan ilmu keperawatan.
        Kedua, zaman keagamaan, perkembangan keperawatan ini mulai bergeser kearah spiritual di mana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah, sehingga pada waktu itu pemimpin agama dapat disebut sebagai tabib yang mengobati pasien karena ada anggapan yang mampu mengobati adalah pemimpin agama sedangkan pada waktu itu perawat dianggap sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
         Ketiga, zaman masehi, keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani di mana pada saat itu banyak membentuk diakones, (deaconesses), suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungi orang sakit sedangkan laki-laki diberikan tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit digunakan sebagai tempat merawat orang sakit, orang cacat, miskin dan yatim piatu. Pada saat itu pula di daratan benua Asia,khusunya di Timur Tengah, perkembangan keperawatan mulai maju seiring dengan perkembangan agama Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan. Sebagaimana dalam Al Quran dituliskan pentingnya menjaga kebersihan diri, makanan, lingkungan dan lain-lain. Perkembangan tersebut melahirkan tokoh Islam dalam keperawatan yang dikenal dengan nama Rufaidah.
         Keempat, zaman permulaan abad 21, pada permulaan abad ini perkembangan keperawatan berubah, tidak lagi dikaitkan dengan faktor keagamaan akan tetapi berubah kepada faktor kekuasaan, mengingat pada masa itu adalah masa perang dan terjadi eksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan pengetahuan. Pada masa itu tempat ibadah yang dahulu digunakan untuk merawat sekali tidak lagi digunakan.
         Kelima, zaman sebelum perang dunia kedua, pada masa perang kedua ini timbul prinsip rasa cinta sesama manusia dimana saling membantu sesama manusia yang membutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia kedua ini tokoh keperawatan Florence Naightingale (1820-1910) menyadarui adanya pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat. Florence Naightingale mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu dipersiapkan pendidkan bagi perawat, ketentuan jam kerja perawat dan mempertimbangkan pendapat perawat. Usaha Florence adalah dengan menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya mendirikan sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki para calon perawat. Florence dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan membantu para korban akibat perang krim (1854-1856) antara Roma dan Turki yang dirawat di sebuah barak rumah sakit (scutori) yang akhirnya mendirikan sebuah rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan sekolah perawatan dengan nama Nightingale Nursing School.
         Keenam, masa selama perang dunia kedua, selama masa selama perang ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalam tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam.
         Ketujuh, masa pascaperang dunia dua, masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang panjang akibat perang dunia kedua, dan tuntutan perawat untuk meningkatkan masyarakat sejahtera semakin pesat. Sebagai contoh di Amerika, perkembangan keppentingnya kesehatan, pertambahan penduduk yang relatif tinggi sehingga menimbulkan masalah baru dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi pola tingkah laku individu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dengan diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara untuk memberikan penyembuhan pada pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan kesehatan seperti pelayanan kuratif, preventif dan promotif dan juga terdapat kebijakan negara tentang peraturan sekolah perawat. Pada masa itu perkembangan perawatan dimulai adanya sifat pekerjaan yang semula bersifat individu bergeser ke arah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1950, pada masa itu keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan khususnya penataan pada system pendidikan. Hal tersebut terbukti di negara Amerika sudah dimulai pendidikan setingkat master dan doctoral. Kemudian penerapan proses keperawatan sudah mulai dikembangkan dengan memberikan pengertian bahwa perawatan adalah suatu proses, yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi. Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh kolonial penjajah diantaranya Jepang Belanda dan Inggris. Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya:
  1. Masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu Negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, maka tidak diikuti perkembangan dalam keperawatan. Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan. Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang. Perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
  2. Masa setelah kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rngka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1982 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di berbagai universitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan lain-lain.
          Pertumbuhan Profesionalisasi dalam Keperawatan. Profesionalisasi adalah suatu proses menuju kea rah profesional. Dalam keperawatan proses tersebut diawali dari persepsi pekerjaan yang sifatnya vokasional menuju ke pekerjaan yang professional, demikian juga pendidikan yang dulunya yang bersifat vokasional kemudian bergeser ke arah pendidikan prefesional melaluipendidikan tinggi keperawatan.
         Setelah lokakarya pada tahun 1983, proses menjadikan diri professional sudah mulai dirasakan dengan adanya proses pengakuan dari profesi lainnya. Dalam menuju pengakuan tersebut diperlukan langkah penting dalam penataan perawat menuju suatu profesi diantaranya;
  •  Penataan Pendidikan Keperawata 
  •  Penataan Praktek Keperawatan 
  •  Penataan Pendidikan Keperawatan 
  •  Penataan Pendidikan Berlanjut 
B. Paradigma
         Banyak ahli yang membahas pegertian paradigma seperti Masterman (1970) yang mendefinisikan paradigma sebagai pandangan fundamental tentang persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan. Poerwanto P (1997) mengartikan paradigma sebagai suatu perangkat bantuan yang memiliki pola dan cara pandang dasar khas dalam melihat, mengenai, suatu kenyataan atau fenomena kehidupan manusia.
         Keperawatan sebagai ilmu juga memiliki paradigma sendiri dan sampai saat ini paradigma keperawatan masih berdasarkan empat komponen yang diantaranya manusia, keperawatan, kesehatan dalam rentang sehat-sakit dan lingkungan. Sebagai disiplin ilmu, keperawatan akan selalu berkembang untuk mencapai profesi yang mandiri seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan sehingga paradigma keperawatan akan terus berkembang.
 Keperawatan                    Kesehatan

       Manusia 

      Lingkungan
 Ganbar komponen paradigma keperawatan.
         Komponen paradigma keperawatan ini merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari pelayanan keperawatan. Manusia bertindak sebagai klien yang merupakan makhluk biopsikososial dan spiritual yang terjadi merupakan kesatuan dari aspek jasmani dan rohani yang memiliki sifat unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangannya masing-masing (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992). Manusia bertindak sebagai klien dalam konteks paradigma keperawatan ini bersifat individu, kelompok, dan masyarakat dalam suatu sistem. Sehingga dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya sering dipengaruhi oleh berbagai aspek baik lingkungan, kasehatan atau kebudayaan bangsa mengingat suatu bangsa memiliki pandangan yang berbeda. Sebagai klien yang bersifat individu, sasaran pemenuhan kebutuhan dasarnya adalah biopsikososial dan spiritualyang berbeda dengan individu lainnya. Karena itu diharapkan terjadi proses pemenuhan kebutuhan dasar kearah kemandirian. Kebutuhan dasar tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis, keamananan dan kenyamanan, cinta mencintai, haarga diri dan aktualisasi diri. Sebagai klien yang bersifat keluarga, diartikan sebagai sekelompok individu atau kumpulan dari individu yang saling berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain dalam lingkungan sendiri atau masyarakat, sehinggaa dalam memberikan perawatan selalu memandang aspek keluarga karena melalui keluarga ini akan dapat diketahui factor yang mempengaruhi masalah kesehatan agar tujuan perawatan dalam rangka membantu meningkatkan kemampuan keluarga untuk mampu menyelesaikan masalah (tugas) kesehatan secara mandiri dapat terpenuhi. Sebagai klien yang bersifat masyarakat, diartikan bahwa melalui masyarakat kemampuan individu dapat nudah dipengaruhi dengan adanya fasilitas pelayanan kesehatan, pendidikan, tempat rekreasi, transportasi, komunikasi, dan social juga, dengan adanya keyakinan yang kuat dari masyarakat sehingga pandangan masyarakat sangat diperlukan dalam proses perubahan untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
         Kemudian konsep manusia yang lain dalam paradigma keperawatan adalah manusia sebagai system, di mana manusia terdiri dari komponen subsistem yang telah membentuk suatu system. Sistem tersebut dapat meliputi system terbuka, system adaptif dan system personal, interpersonal dan social yang secara umum dapat dikatakan sebagai makhluk holistic (utuh). Sebagai system terbuka, manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan fisik, psikologis, social maupun spiritual sehingga proses perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Sebagi system adaptif, manusia akan merespons terhadap perubahan yang ada di lingkunganya yang akan selalau menunjukkan perilaku adaptif dan maladaptif. Apabila kemampuan merespons lingkungan tersebut baik, maka perilaku manusia akan menunjukkan perilaku adaptif, akan tetapi jika perilaku manusia kurang, maka perilaku manusia akan menunjukkan perilaku maladiftif.
         Komponen yang kedua dalam paradigma keperawatan ini adalah konsep keperawatan. Konsep keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat professional dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, social dan spiritual) yang dapat ditujukan kepada individu, keuarga atau masyarakat dalam rentang sehat-sakit. Dengan demikian paradigm dalam konsep keperawatan memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien dalam bentuk pemberian asuhan keperawatan adalah dalam keadaan tidak mampu, tidak mau dan tidak tahu dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar. Bentuk asuhan keperawatan tersebut berupa antara lain:
  1. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat diberikan melalui pelayanan keperawatan untuk meningkatkan atau memulikan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya khususnya kebutuhan fisiologis.
  2.  Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang mamiliki ketidak mauan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat diberikan melalui pelayanan keperawatan yang bersifat bantuan dalam pemberian dalam motivasi pada klien yang memiliki penurunan dalam kemauan sehingga diharapkan terjadi motivasi yang kuat untuk membangkitkan semangat hidup agat terjadi peningkatan. Pada proses pemenuhan kebutuhan dasar tindakan ini pada umumnya merupakan terapi psikologis yang dimiliki perawat dalam mengatasi masalah klien.
  3. Bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai klien yang memiliki ketidak tahuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia ini dapat diberikan melalui ketidak tahuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia ini dapat diberikan melalui pelayanan keperawatan yang bersifat pemberian pengetahuan, yang berupa pendidikan kesehatan (health education) yang dapat dilakukan pada individu, keluarga atau masyarakat yang mempunyai pengetahuan yang rendah dalam tugas (masalah) parawatan kesehatan sehingga diharapkan dapat terjadi perubahan peningkatan kebutuhan dasar.
C. Peran Perawat
        Definisi Peran Perawat
        Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.
(Kozier Barbara, 1995:21).
        Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
Care Giver :
Pada peran ini perawat diharapkan mampu:
  1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
  2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologi
D. Elemen Peran
         Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat professional antara lain: care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses:
  1. Care Giver Pada peran ini perawat diharapkan mampu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah sederhana sampai pada yang kompleks. 
  2. Client advokat Pada peran ini tugas perawat ialah bertanggungjawab dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari berbagai pemberi pelayanan,atau informasi lain khususnya pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien, dan mempertahankan serta melindungi hak-hak klien yang meliputi : - Hak atas pelayanan sebaik-baiknya - Hak atas informasi tentang penyakitnya - Hak atas privacy - Hak untuk menentukan nasibnya sendiri - Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian. 
  3. Counselor Peran perawat berdasarkan hal ini adalah mengidentifikasikan perubahan pola interaksi klien terhadap keadaanya, memberi konseling dalam menginteraksikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu, dan mengubah prilaku hidup sehat. Perannya : a. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. b. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. c. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu. d. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
  4. Educator Peran perawat berdasarkan hal ini adalah membantu klien mempertinggi                     pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakitnya sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik.
  5. Collaborator Perawat sebagai kolabolator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan tim kesehatan lain, baik perawat dengan dokter, perawat dengan ahli gizi, perawat dengan ahli radiology dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien. 
  6. Coordinator Peran perawat adalah: a. mengarahkan b. merencanakan c. Mengorganisasikan 
  7. Change agent (membawa perubahan/ pembaharuan) Pembawa perubahan adalah seorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada system. (Kemp, 1986). Jadi peran di sini sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. 
  8. Consultant Perawat berperan sebagai tempat konsultasi bagi pasien terhadap masalah yang di alami oleh pasien atas tindakan keperawatan yang tepat untuk di beerikan. 
Peran Perawat Menurut Hasil Lokakarya Nasional 1983
        Berdasarkan hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 maka peran perawat di bagi menjadi 4 yaitu:
  •  pelaksana pelayanan keperawatan 
  •  pengelola pelayanan keperawatan dari institusi pendidikan 
  •  pendidikan keperawatan 
  •  penelitian dan pengembangan keperawatan
E. Fungsi perawat
         Menurut Bertha Hammer dan Virginia Handerson (1995;1960), fungsi khas perawat ialah membantu individu, sakit atau sehat, melaksananakan kegiatan memulihkan atau mempertahankan kesehatan atau mendampingi si sakit menjelang akhir hayat. Fungsi ini dilakukan karena individu yang mendapatkan bantuan itu tidak dapat melaksanakan sendiri.
Fungsi perawat dalam melaksanakan perannya terbagi menjadi:
  • Fungsi Independent Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi KDM. 
  • Fungsi Dependent Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana. 
  • Fungsi Interdependent Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.
Berdasarkan Standar Departemen Kesehatan (1998) tanggung jawab peran perawat adalah sebagai:
  1. Pendidikan Keperawatan 
  2. Pengelola Keperawatan 
  3. Peneliti Keperawatan 
  4. Pelaksana Pelayanan Keperawatan
         Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat – kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien. Kiat – kiat itu adalah:
  1. Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia, dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi. 
  2. Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan kliennya. 
  3. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk meningkatkan rasa nyaman klien. 
  4. Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya. 
  5. Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994) 
  6. Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya 
  7. Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya. 
  8. Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya. 
  9. Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya. 
  10. Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya 
  11. Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa puas klien. 
  12. Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
        Sebagai suatu profesi , keperawatan memiliki unsur – unsur penting yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan yaitu respon manusia sebagai fokus telaahan, kebutuhan dasar manusia sebagai lingkup garapan keperawatan dan kurang perawatan diri merupakan basis intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan kemandirian atau kurangnya kemampuan. Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan praktik keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan.

F. Tugas Perawat
Perawat Tak Kalah dengan Dokter
         Kompas.com - Kemampuan seorang perawat dalam pemberian terapi pengobatan pada pasien AIDS ternyata tak kalah dengan dokter. Hal tersebut tentu sangat bermanfaat, terutama dalam kondisi keterbatasan tenaga dokter.
         Penelitian yang bertajuk "pergeseran tugas" dalam pemeliharaan HIV di Afrika Selatan menunjukkan, secara virtual tidak ada perbedaan hasil akhir pada pasien AIDS yang minum obat di bawah pengawasan perawat ataupun dokter.
         Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan saat ini terdapat 33 juta orang di seluruh dunia yang terinfeksi HIV, virus penyebab AIDS. Sementara itu separuh dari total 9,5 juta orang yang butuh obat AIDS tidak bisa mendapatkannya.
         Saat ini yang menjadi masalah adalah kurangnya tenaga kesehatan. Karena itu WHO baru-baru ini mengusulkan "pergeseran tugas" dari dokter pada tenaga kesehatan lain.
         Untuk melihat apakah hal itu mungkin diterapkan, tim peneliti dari pusat riset internasional untuk AIDS di Afrika Selatan melakukan studi untuk membandingkan dampak perawatan yang dilakukan dokter dengan perawat.
         Diketahui 48 persen pasien yang mendapat kan pengawasan dari perawat mengalami kesalahan. Jumlah itu hanya sedikit di bawah kesalahan yang dilakukan dokter, yakni 44 persen. Setelah dua tahun, angka kematian dan juga efek samping obat dari dua kelompok tenaga kesehatan itu tak berbeda.
Tugas perawat :
  1.  Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. 
  2.  Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140). 
A. Hak-Hak Klien antara lain : 
  •  Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya 
  •  Hak atas informasi tentang penyakitnya 
  •  Hak atas privacy 
  •  Hak untuk menentukan nasibnya sendiri 
  •  Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan. 
B. Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
  •  Hak atas informasi yang benar 
  •  Hak untuk bekerja sesuai standart 
  •  Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien 
  •  Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok 
  •  Hak atas rahasia pribadi 
  •  Hak atas balas jasa
        Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini sesuai hasil kesepakatan dalam lokakarya tahun 1993 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data
b. Menganalisis dan menginterpretasikan data
c. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan
         Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip ilmu prilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
1. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana keperawatan
2. Menilai tingkat pencapaian tujuan
3. Mengidentifikasi perubahan- perubahan yang diperlukan
4. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan
5. Mencatat data dalam proses keperawatan
6. Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan keperawatan.
7. Menerapkan keterampilan manajemen dalam keperawatan klien secara menyeluruh

 BAB III 
PENUTUP

 A. KESIMPULAN
         Perawat memiliki Peran yang berarti seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. Memiliki fungsi fungsi yaitu membantu individu, sakit atau sehat, melaksananakan kegiatan memulihkan atau mempertahankan kesehatan atau mendampingi si sakit menjelang akhir hayat dan bertugas membantu melakukan tindakan asuhan keperawatan 
 B. SARAN  
           Setelah mengetahui berbagai sejarah, paradigm, peran, fungsi dan tugas dari perawat mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan mengaplikasikanya dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan.